Sabtu, 04 November 2017

Dibalik Iklan Hilo Teen

Pada era sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi semakin pesat. Lingkungan yang kita tinggal ini lebih dikenal dengan lingkungan era media, di mana tempat tinggal kita ini sudah dikelilingi bahkan dipengaruhi oleh media. Dengan adanya hal seperti ini, tentunya membawa dampak negatif dan juga dampak positif. Dampak positifnya, yaitu masyarakat menjadi melek akan media dan juga teknologi serta menjadi up to date akan berita dan informasi dari berbagai belahan dunia. Namun tak bisa dipungkiri, dengan adanya perkembangan teknologi ini juga akan menimbulkan dampak negatif, yaitu masyarakat menjadi lebih senang dengan dunia maya dibandingkan dengan dunia nyata. Hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi lebih tertutup dan menarik diri dari interaksi antar sesama.
            Perkembangan IPTEK juga turut mempengaruhi perkembangan media. Saat ini media memiliki kuasa yang membuat masyarakat mengikuti apapun yang ditayangkan oleh media. Kuasa yang dihasilkan oleh media ini dapat dianalogikan seperti kuasa orang tua di rumah terhadap anaknya. Orang tua sebagai pemilik rumah tentunya harus dipatuhi oleh anaknya, begitu juga dengan media. Media sebagai pemberi informasi terkadang mengandung konten yang tidak begitu menguntungkan bagi masyarakat. Misalnya, yaitu para kaum kapitalis yang memiliki stasiun-stasiun televisi di Indonesia. Mereka akan lebih mengutamakan keuntungan, dari pada kepentingan dari masyarakat yang memanfaatkan media itu sendiri. Salah satu cara para kaum kapitalis dalam menghasilkan keuntungan yaitu melalui iklan.
            Iklan-iklan yang ada di media saat ini memiliki kekuatan tersendiri di dalam masyarakat. Kekuatan yang dihasilkan oleh iklan mampu menanamkan ide dan gagasan kedalam pikiran masyarakat untuk jangka waktu yang panjang. Saat ini iklan mulai mengalami pergeseran fungsi yang sebelumnya hanya untuk menawarkan produk kepada konsumen agar tertarik untuk membelinya. Namun, pada saat ini iklan menjadi pembentuk sistem nilai, gaya hidup dan juga sebagai selera budaya tertentu.
            Iklan yang ada di media mampu membentuk standar-standar yang dapat menentukan kesempurnaan hidup. Sebagai contoh, seseorang remaja laki-laki yang membeli produk susu Hilo Teen yang berharap bahwa dengan mengkonsumsi susu tersebut ia akan seperti model di dalam iklan yang memiliki postur tubuh yang tinggi. Iklan yang ditampilakan produk susu Hilo Teen tersebut memang menarik perhatian bagi yang melihatnya, namun disisi lain iklan tersebut juga bisa membentuk pola pikir masyarakat. Apa yang dilihat masyarakat melalui iklan tersebut seakan-akan menjadi sesuatu yang paling benar, yang ideal, yang terbaik di dalam kehidupan masyarakat serta merupakan suatu kesempurnaan hidup.
            Sebenarnya, standar yang dibentuk oleh iklan dalam media massa tersebut mengandung kekerasan simbolik yang bersifat negatif bagi masyarakat. Menurut Bourdieu, kekerasan simbolik yaitu bagaimana melihat modal simbolik (harga diri, martabat, atensi) merupakan sumber kekuasaan yang krusial. Bourdieu menjelasakan konsep mekanisme yang digunakan kelompok kelas atas yang mendominasi struktur sosial masyarakat untuk “memaksakan” ideologi, budaya, kebiasaan, gaya hidupnya kepada kelompok kelas bawah yang didominasinya. Bourdieu menyebut rangkaian budaya ini dengan habitus. Akibatnya masyarakat kelas bawah dipaksa untuk menerima, menjalani, mempraktikkan, dan mengakui bahwa habitus kelas atas merupakan habitus yang pantas bagi mereka (kelas bawah), sedangkan habitus kelas bawah sudah selayaknya dibuang jauh-jauh.
Salah satu tempat yang subur bagi kekerasan simbolik untuk tumbuh yaitu media massa.  Sebab media massa memungkinkan terjadinya kekerasan yang tidak tempak tapi terasa seperti, distorsi, penyelewengan, pemalsuan, pembelotan dll. Corak kekerasan simbolik bisa ditemukan dalam bentuk penggunaan bahasa, foto atau gambar yang muncul di media (cetak maupun elektronik).  Sebagai contoh, iklan susu Hilo Teen. Merupakan suatu merk susu yang diklaim dapat menaikkan tinggi badan bagi yang mengkonsumsinya. Susu ini memiliki target yaitu remaja, dengan mengusung tagline “tumbuh itu ke atas bukan ke samping”.
            Iklan ini memiliki konsep yaitu remaja yang bertubuh pendek tidak bisa melakukan banyak hal dan harus dibantu oleh remaja yang memiliki postur tubuh yang lebih tinggi. Dalam iklan ini manampilakan bahwa remaja yang memiliki postur tubuh yang pendek dan gemuk selalu kalah bersaing dengan remaja yang memiliki postur tubuh yang tinggi. Selain itu juga iklan Hilo Teen ini menayangkan betapa remaja yang tinggi dapat melakukan hal apapun yang tidak bisa dilakukan oleh remaja yang memiliki postur tubuh yang gendut dan pendek.
            Dilihat dari konsep iklan dan juga tagline yang digunakan, jelaslah bahwa iklan beserta tagline nya ini mengandung kekerasan simbolik. Iklan tersebut dapat menimbulkan kesan bagi audiens bahwa memiliki tubuh yang ramping dan tinggi itu lebih baik dibandingkan dengan tubuh yang yang gendut dan pendek. Dalam setiap  iklan Hilo Teen ini, seringkali menampilkan remaja yang bertubuh gemuk dan pendek adalah sosok yang kurang dianggapoleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan remaja yang bertubuh tinggi dan kurus disenangi oleh orang-orang disekitarnya.
            Dalam hal ini, iklan susu Hilo Teen tidak hanya menjual produk susu yang dapat menambah tinggi badan bagi remaja saja tapi juga menjual proporsi tubuh remaja “ideal”. Bisa dikatakan bahwa, symbol yang ditampilkan ini merupakan contoh dari bentuk kekerasan simbolik yang bisa menyerang remaja yang memiliki postur tubuh yang gemuk dan pendek. Iklan ini dapat mengakibatkan remaja yang memiliki postur tubuh yang gemuk dan pendek menjadi kurang percaya diri dengan bentuk tubuh atau fisiknya. Mereka melihat bahwa sosok yang ideal adalah sosok yang memiliki tubuh kurus dan tinggi. Mereka dipaksa untuk mengikuti gaya hidup yang ditampilkan oleh iklan, karena apa yang ditampilkan oleh iklan merupakan sebuah kesempurnaan hidup.

Mereka tidak menyadari bahwa, mereka telah menerima kekerasan simbolik dari iklan Hilo Teen tersebut. Mereka yang melihat tayangan iklan Hilo Teen, cenderung menerima dan terbiasa dengan hal tersebut dan menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang lumrah dan wajar.

Penulis : Dhi ajeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar